Seputar Aneka Ragam

Hasil Panen Menurun, PPL Diminta Sering Turun ke Lapangan

Menurutnya, hasil panen yang kurang bagus tersebut, dimungkinkan karena kurangnya pemahaman petani dalam mengelola tanaman padi seperti anjuran pemerintah, disamping adanya serangan hama tikus.  “Selain itu, seringnya PPL ke lapangan, tentu akan bisa menyadarkan masyarakat petani untuk menjadikan tanah lebih subur dengan penggunaan pupuk organik,” tutur Marno.

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Muda Maju Makmur Endro Purwono mengatakan, pada penanaman padi SLPTT ini, penggunaan pupuk organiknya masih kurang, dan tanaman padi yang berusia 50 hari masih dilakukan pemupukan. Hasil ubinan padi dalam program SLPTT untuk masa tanam tahun 2013-2014 seluas satu hektar dengan jenis padi ciherang, menghasilkan 7,68 ton. Kemudian penanaman padi dengan perlakuan yang sama diluar laboratorium dan masih termasuk program SLPTT dengan bantuan benih padi menghasilkan 5,8 ton per hektar. Sedang penanaman di luar laboratorium dan SLPTT, hasilnya 3,5 ton per hektar.

PPL Kecamatan Bayan Nurmia Setyopeni SP, mengakui belum maksimal kelapangan. Karena baru mendapat surat tugas sebagai PPL Februari, sehingga masih masa transisi pergantian PPL di wilayah Kalimiru yang sebelumnya ditangani Sarjono SPkp.

Ia juga mengungkapkan keberatannya jika harus datang pada pertemuan kelompok tani yang diselenggarakan pada waktu malam. “Jika pertemuannya malam saya agak repot, tapi kalau siang, insyaallah ke depan saya akan sering kelapangan untuk mendampingi petani,”ujarnya.

Untuk hasil padi yang kurang baik tersebut, lanjut Nurmia, karena penggunaan pupuknya belum benar. Yaitu kurang pupuk organik, namun terlalu banyak pupuk urea dan NPK. “Petani dalam melakukan penanaman sudah sesuai anjuran pemerintah, hanya satu yang belum dilakukan yakni penggunaan pupuk organik yang masih sangat kurang,”ungkapnya.

Menurutnya, petani di daerah lain rata-rata sudah menggunakan pupuk organik. Karena perlahan tapi pasti penggunaan pupuk organik, mampu mendapatkan hasil memuaskan, akibat banyak mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman dan tanah. Sebaliknya mulailah mengurangi pupuk urea, karena penggunaan urea dengan ukuran banyak menjadikan tanaman rentan terserang walang sangit. Juga membuat tanah menjadi keras dan padat, sehingga tanamannya juga mudah ambruk.

Sedang cara tanam dimulai memilih benih padi yang berlabel dengan umur bibit padi maksimal 20 hari, tanam tidak ombol tapi cukup 1-2 rumpun untuk antisipasi keong, jarak tanam 25-30 cm, jajar legowo 41-61 cm. Untuk mengatasai organisme pengganggu tanaman (OPT), dilakukan pengendalian hama terpadu.

Penggunaan pupuk berimbang  dengan pemberian pupuk untuk 1 hektar yakni pupuk organik 1000 kg, urea 100 kg, dan NPK 250 kg. Kemudian dilakukan penyiangan 2 kali pada umur tanaman 28 hari dan 45 hari, panen tepat waktu (tidak muda dan tidak kering), lalu dalam merontokkan padi dengan alat threser dan layar lebar untuk mengurangi kehilangan hasil.

Berita Terpopuler

Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Kabupaten Purworejo Angkat Bahan Pangan Lokal
Seputar Aneka Ragam

Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Kabupaten Purworejo Angkat Bahan Pangan Lokal

Rabu, 26 Juli 2023

Bahan makanan lokal ketika dikemas dengan menarik maka akan memiliki nilai dan daya tarik tersendiri....


Dharma Wanita Persatuan Purworejo Gelar Pelatihan Pemulasaraan Jenazah
Seputar Aneka Ragam

Dharma Wanita Persatuan Purworejo Gelar Pelatihan Pemulasaraan Jenazah

Rabu, 23 Agustus 2023

Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Purworejo menggelar pelatihan pemulasaraan jenazah bagi angg....