Sembilan Desa Ditetapkan Sebagai Pengembangan Desa Wisata
Hal tesebut terungkap dalam paparan pengembangan desa menjadi desa wisata, Kamis (3/6), di ruang rapat Bagelen kompleks Setda Purworejo. Paparan diikuti kepala satker terkait, kepala desa beserta ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) desa wisata, camat, dibuka Wakil Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain. Paparan dilakukan oleh Suwito Prasetyo SE, direktur Jappan Tour, yaitu sebuah lembaga swasta yang bergerak dibidang jaringan dan pelayanan wisata. Lembaga tersebut juga sebagai konsultan pendamping pengembangan desa wisata yang dilakukan di beberapa desa di Kabupaten Magelang.
Dikemukakan oleh Suwito, banyaknya desa wisata tidak akan terjadi persaingan yang ketat. Sebab masing-masing desa mempunyai keunggulan potensi dan daya tarik wisata sendiri-sendiri. Berdasarkan peninjauan dan invetarisasi yang di lakukan, saat ini ada sembilan desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata. Selanjutnya akan melakukan tahapan kegiatan dari pra pendampingan, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi
Desa-desa tersebut adalah Desa Mayungsari (Bener) dengan potensi hutan pinus, Watu Gajah, dan seni tradisional. Desa Karangrejo (Loano) berupa hutan rakyat, makam Silencu, sungai Bogowonto, Watu Sumurup, dan makanan lokal berbahan baku ketela. Desa Somongari (Kaligesing) berupa tempat kelahiran WR Supratman, Curug Silangit, agri durian dan manggis, tradisi Jolenan, dan makanan lokal berbahan baku pongge durian. Donorejo Kaligesing berupa goa Seplawan, Sendangsri, Puncak Seplawan, kesenian dolalak, kerajinan pot bunga, Watu Meja, Sumurasih, dan makam Kyai Jogowono. Kaliharjo (Kaligesing) berupa view sungai Lor, sungai Kidul, dolalak tiga generasi, jatilan, santi suara, makam Kyai Wengku, dan makam Kyai Brojo. Desa Jatimalang (Purwodadi) berupa pantai dan kuliner sea food. Desa Keburuhan (Ngombol) berupa view sungai Jali dan pantai. Desa Ketawangrejo (Grabag) berupa pantai, gunung Gambir, paseban, arsitektur rumah penduduk, kerajinan batik, dan emping gepuk. Desa Wirun (Kutoarjo) berupa kerajinan sangkar burung, seni tradisional, sungai Bedono.
Dari sembilan desa tersebut, ternyata baru tiga desa yang menyatakan kesiapannya melaksanakan pada tahapan pendampingan. Kesiapan tersebut berdasarkan kesiapan warga melaksanakannya, sebab pada tahapan tersebut membutuhkan biaya yang besar. Sedangkan biaya pengembangan saat ini, sepenuhnya dari swadaya masyarakat. Ketiga desa tersebut yaitu Desa Karangrejo, Somongari dan Ketawangrejo.