Permudah Perijinan, Kalau Masuk Jangan Dithutuk

Proses perijinan atas investasi dari pengusaha baik besar maupun kecil harus menjadi perhatian pemerintah daerah atau kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tidak saja dalam proses perjinannya, investor yang masuk ke dalam daerah juga harus mendapat jaminan kenyamanan dan ketenangan sehingga usahanya bisa berjalan dengan baik.
Hal itu diungkapkan Gubernur Ganjar Pranowo saat melakukan kunjungan kerjanya di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Purworejo, Kamis (25/1). Kedatangan Ganjar didampingi sejumlah pejabat teras di lingkungan Pemprov Jateng disambut langsung oleh Bupati Agus Bastian SE MM, Wakil Bupati Yuli Hastuti SH, Ketua DPRD Luhur Pambudi serta segenap jajaran Forkompimda.
Dalam kunjungan tersebut, Gubernur Ganjar menyempatkan melihat hasil usaha pengusaha kecil binaan Mitra Kredit Jateng 25 yang dikembangkan Bank Jateng sekaligus menyerahkan bantuan dari Mitra Kredit Jateng 25. Dirinya tertarik dengan beberapa usaha yang memiliki kekhasan dan bisa mendapatkan pangsa pasar yang baik.
Selain itu, Gubernur yang kedua orang tua kandungnya tinggal di Kutoarjo, Purworejo itu juga menyatakan jika wilayah Jono sebenarnya bukanlah tempat yang asing. Setidaknya dirinya sering bersepeda melalui desa tersebut. Dalam kenangan kecilnya, Ganjar mengatakan kalau dirinya kerap mencari belut di sawah sekitar desa.
"Dulu saya sering cari belut disini. Kalau sekarang mungkin carinya di pasar ya," kata Gubernur Ganjar.
Berada di kawasan selatan Purworejo, wilayah Kecamatan Bayan termasuk didalamnya Desa Jono memiliki peluang untuk dikembangkan. Apalagi keberadaan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo menjadikan Purworejo, utamanya bagian selatan akan mendapatkan manfaat besar.
"Monggo Pak Bupati, Bu Wakil dan Pak Ketua DPRD, semua harus dibahas dan direncanakan, Purworejo itu mau dibawa kemana," jelas Ganjar.
Satu resep yang diberikan Ganjar adalah kemudahan proses perijinan atas usaha dari masyarakat ataupun investor. Dirinya tidak ingin ada daerah yang ngakunya sudah satu pintu, tapi pelaksanaannya masih banyak jendela.
"Permudah ijin investasi, dan kalau ada ijin masuk ya jangan di thutuk (dipukul,red). Berikan kenyamanan dan kemudahan karena itu akan membawa peningkatan kesejahteraan rakyat dengan masuknya tenaga kerja kesitu," jelas Ganjar.
Ganjar juga berharap sektor pariwisata juga harus dikembangkan lebih mendalam. Setidaknya butuh kerjasama antar daerah dengan wilayah tetangga seperti Kulonprogo di DIJ dan Magelang. Duduk bareng diantara ketiga wilayah untuk membicarakan sektor unggulan perlu digagas, sehingga nantinya setiap daerah bisa saling berkoordinasi untuk mengunggulkan potensi wisata unggulnya.
Soal sumber daya alam, Ganjar menilai potensi kopi yang dimiliki Purworejo layak dikembangkan lagi. Dirinya berminat untuk menempatkan kopi hasil bumi Purworejo di galeri pamer di ruang kerjanya. Biasanya tamu dari Eropa memiliki ketertarikan tersendiri dan selalu diberi sebagai souvenir.
"Kaligesing ternyata punya kopi yang baik dan sudah dikembangkan. Itu perlu dilanjutkan. Kalau boleh saya ikut memamerkan di galeri kantor saya, nanti akan saya jadikan oleh-oleh tamu Eropa. Karena mereka sangat suka dengan kopi Indonesia," jelas Ganjar.
Pada kesempatan itu, Gubernur juga menyarankan supaya Purworejo membuat demplot penggunaan pupuk organik. Karena dia menilai bahwa kebanyakan kondisi lahan sawah sudah tidak subur lagi akibat lamanya penggunaan pupuk kimia. Untuk itu, dia meminta Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Purworejo dapat memberikan contoh dengan cara demplot pupuk organik.
“Kalau kita minta petani beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik tentu akan sulit. Karena petani belum tahu hasilnya secara langsung dari pupuk organik. Maka dengan cara demplot itulah hasil padi meningkat, tentu petani secara bertahap mau beralih ke pupuk organik,” ujarnya.