Menperin Kunjungi Kopwan Srikandi Dan Beri Bantuan
Menteri Perindustrian RI (Menperin) Ir Airlangga Hartarto MBA MMT melakukan kunjungan kerja ke Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi Kelurahan Cangkrep Kidul, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Selasa (8/5). Menperin yang hadir didampingi Dirjen Industri Agro Ir Panggah Susanto MM, sempat meninjau produksi gula semut dan memberangkatkan secara simbolis pengiriman gula semut untuk dieksport.
Dalam sambutannya, Airlangga mengatakan bahwa gula semut sangatlah dibutuhkan di Indonesia terutama sebagai bahan pembuatan kecap. Menurutnya, masyarakat Indonesia belum bisa dilepaskan dari kecap. Kesukaan akan jenis makanan yang cenderung manis menjadi salah penyebab, tingginya permintaan kecap di Indonesia.
"Selama gado-gado dan sate itu disukai dan diminati oleh orang Indonesia, ya kebutuhan kecap akan tetap tinggi," kata Airlangga Hartarto usai memberangkatkan secara simbolis ekspor gula kelapa.
Dalam kunjungannya tersebut, Airlangga didampingi Dirjen Industri Agro Panggah Susanto serta anggota DPR RI. Turut mendampingi, Ketua DPRD Purworejo Luhur Pambudi, Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti, Sekda Purworejo dan sejumlah pejabat terkait.
Pada kesempatan itu, Menperin juga memberikan bantuan mesin dan peralatan industri kepada beberapa koperasi dan kelompok usaha yang ada di Purworejo. Bantuan yang diberikan berupa mesin dan peralatan industri pengolahan gula kelapa kristal, industri pengolahan minyak goreng kelapa, industri furniture dan pengolahan kayu, serta industri gula tebu dan pertukangan.
Lebih jauh Airlangga mengatakan, keberadaan Kopwan Srikandi memang layak mendapatkan apresiasi. Setidaknya digerakkan oleh seorang wanita, nyatanya usaha yang dilakukan bisa berhasil dan mampu mengekspor gula semut.
"Bu Sri Susilowati (Ketua Kopwan Srikandi,red) itu layak diapresiasi karena telah menjadi pelopor dan pahlawan. Kita perlu terus menambah jumlah pengusaha wanita di Indonesia," imbuh Airlangga.
Diungkapkannya, kemampuan mengelola usaha dimana melibatkan sekitar 2.700 petani di dua kabupaten bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan sebuah koordinasi yang baik dan semangat tinggi untuk bisa menjalankan usaha hingga maksimal.
"Saya hanya berpesan, sekali kita mengatakan hasil yang kita berikan itu organik ya harus betul-betul organik. Jangan sampai tercampur apapun, apalagi sampai ada logamnya. Saya percaya, gula semut yang dihasilkan Kopwan Srikandi sudah baik, karena sudah mampu ekspor," tambahnya.
Airlangga juga percaya jika keberadaan usaha gula semut akan terus berjalan dan semakin berkembang. Hanya saja memang dibutuhkan dukungan produksi kelapa yang baik untuk menjaga kelangsungannya. Kedepan, pihaknya akan mendorong pembuatan gula dengan jenis hibrida.
Dirinya melihat jika pemanfaatan kelapa jenis hibrida perlu dipikirkan, ini penting mengingat akan mempermudah produksi kelapa. Dengan menggunakan kelapa yang memiliki pohon tinggi, dinilai cukup menyulitkan, sementara untuk pohon hibrida yang relatif pendek dan bisa berproduksi tinggi akan bisa mendukungnya.
"Sementara ini, tidak masalah masih pakai kelapa yang tinggi-tinggi itu. Karena sekaligus untuk pemberdayaan petani kita, tapi pohon kelapa hibrida juga perlu dipikirkan," tegas Airlangga.
Ketua Koperasi Wanita Srikandi Sri Susilowati sendiri mengatakan jika proses bisa mengekspor gula semut ke luar negeri cukup sulit. Pihaknya harus jatuh bangun agar usaha itu bisa tetap berjalan.
"Ada pengalaman dimana kami mengalami kerugian hingga Rp 1,5 miliar karena barang kita ditolak pasar luar negeri. Penyebabnya, gula semut yang dikirimkan mitra kita dicampur dengan gula lain. Ini sempat membuat kami down, tapi alhamdulillah semua bisa normal kembali sampai sekarang ini," kata Sri Susilowati. (Humas)