Wujud Syukur, Nelayan Kertojayan Gelar Sedekah Laut

Ribuan warga Purworejo dan sebagian warga pesisir Kebumen menyaksikan ritual larungan sedekah laut ke tengah laut selatan di area tempat pelelangan ikan (TPI) Desa Kertojayan, Kecamatan Grabag, Purworejo, Minggu (15/9).
Setiap tahun pada bulan syuro atau muharam, ratusan nelayan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggelar ritual tersebut sebagai wujud syukur sekaligus untuk melestarikan budaya leluhur.
Para nelayan menggunakan perahu melarung ancak sesaji berisikan satu ekor kambing kendit, ingkung bebek dan ayam jago, hasil bumi, serta bunga tujuh rupa ke tengah lautan.
Ketua panitia Sumarsono menjelaskan, larungan dilakukan di laut sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Terdapat 27 perahu ikut beriring-iringan membawa ubo rampe yang telah dipersiapkan untuk dilarung ke pantai selatan.
Namun tidak semua bawaan yang diusung ke tengah laut tersebut dilarung, hanya yang terpenting sesaji utama yang berisi kambing. Sedangkan yang lain disisakan dan dibawa ke pinggir kembali untuk diperebutkan warga.
Sebelum dibawa ke tengah laut dengan menggunakan perahu, prosesi ritual sedekah laut diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa. Selain sebagai wujud syukur ritual tersebut juga bertujuan nguri-uri atau upaya melestarikan budaya leluhur.
"Ini kegiatan tahunan dalam rangka menyambut tahun baru 1 muharam. Intinya ini merupakan wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT selama musin tangkap tahun 2018 hingga 2019 sudah diberikan kesehatan, keselamatan dan rejeki yang didapat dari laut," kata Sumarsono usai acara.
Dijelaskan, perahu yang ikut dalam larungan hanya 27 perahu. Hal itu disebabkan karena kondisi ombak yang saat ini cukup besar, sehingga nelayan yang belum pengalaman tidak boleh mengikuti kegiatan ini.
"Dari jumlah tersebut ada dua perahu yang gagal karena terhempas ombak. Satu kemasukan air, satu perahu terbalik. Tapi semua nelayan selamat. Bagi nelayan hal seperti ini sudah biasa, mereka selalu menggunakan pelampung," terangnya.
Dikatakan Sumarsono, setidaknya terdapat 8000 warga hadir menyaksikan kegiatan ini. Akses jalan yang tidak terlalu lebar, menyebabkan setiap tahunnya terjadi kemacetan yang cukup parah. Hal itu yang dikeluhkan para pengunjung yang datang. Dirinya berharap, ada perhatian dari pemda dan DPRD untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Hadir Ketua DPRD Purworeko Dion Agasi dan anggota DPRD Purworejo Erin sulistyowati, sekcam grabag, kabid dinparbud, dam Fokopimcam.
Masyarakat yang datang juga dihibur dengan sajian kuda kepang wahyu kudho bekso krendetan.
Ketua DPRD Purworejo Dian Agasi berpendapat bahwa selain untuk menjaga tradisi, kegiatan ini juga bisa dijual jika dilihat dari jumlah pengunjung.
"Sudah selaiknya kegiatan ini masuk agenda rutin Kabupaten Purworejo, terutama dalam menyongsong Romansa Purworejo 2020," ujar Dion.